Pages

Rabu, 09 Desember 2015

KABUPATEN PAMEKASAN



Menurut saya, kabupaten pamekasan itu adalah tempat dimana saya dilahirkan. Disana saya mengetahui apa saja yang ada di pamekasan. Baik itu dari lingkungan, budaya, dan bahasa. tetapi ada penjelasan yang lebih detai lagi. simak penjelasan dibawah ini. jangan beranjak ke blog lain dulu ya guys.he..he..he..
 Kabupaten Pamekasan adalah sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pamekasan. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Madura di selatan, Kabupaten Sampang di barat, dan Kabupaten Sumenep di timur.

Kabupaten Pamekasan terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas 178 desa dan 11 kelurahan. Pusat pemerintahannya ada di Kecamatan Pamekasan. ya.. lumayan banyak lah desanya. tetapi, jangan salah loh. orang desa disana keren-keren.. azeekk...
Pamekasan juga memiliki logo tersendiri lohh..  dan juga terdapat makna dari logo tersebut sebagai berikut:




ARTI LAMBANG KABUPATEN PAMEKASAN

Lambang Kabupaten Pamekasan diciptakan pada tahun Saka 1896 (1964 M)

Perisai berbentuk Teratai bersudut lima beraturan berwarna hijau

melambangkan kesucian, keadilan dan harapan masa gemilang, kemakmuran dan kesejahteraan bangsa

Bintang berwarna kuning emas

melambangkan pedoman hidup yang berketuhanan Yang Maha Esa

Keris berwarna hitam

melambangkan kesiapsiagaan dan keselamatan

Laut berwarna biru

melambangkan kejayaan dan kelapangan dada

Daun/Bunga kapas berwarna hijau muda/putih dan setangkai padi berwarna kuning

melambangkan keadilan sosial dan kemakmuran

Madu Ganda Mangesti Tunggal

artinya Madura yang harum ikut serta mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Mekkas Jatna Paksa Jenneng Dibi’

artinya dengan kemampuan sendiri dan didukung oleh masyarakat Kabupaten Pamekasan menjalankan pemerintahan.

Jika anda pendatang baru yang ingin tahu apa saja yang ada didalamnya. di blog saya ini akan mempaparkan berbagai aspek. Seperti sejarah, seni budaya, dan tempat wisata . Aspek-aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Sejarah
Jadi ceritaya gini temen-temen.....Kemunculan sejarah pemerintahan lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke-15 berdasarkan sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sunoyo yang mulai merintis pemerintahan lokal di daerah Proppo atau Parupuk. Jauh sebelum munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan. Diperkirakan, Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura di Sumenep yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh raja Kertanegara.
salah satu desa yang ada di kecamatan proppo. Nyata! gak dibuat-buat.wkwkwk
Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang lumayan panjang lohh. Istilah Pamekasan sendiri aja baru dikenal pada sepertiga abad ke-16. kebayang gak??..ketika Ronggosukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari Kraton Labangan Daja ke Kraton Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehingga terjadi perubahan nama wilayah ini. Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan bagaimana keberadaannya. Tapi masyarakat tuh percaya guys.. soalnya cerita ini nih udah turun-temurun diceritakan pada anak cucunya
Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad ke-15, gak bisa disangkal bahwa kabupaten ini lahir pada zaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak bisa dipungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri telah sibuk dengan upaya mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya yang sangat besar, apalagi saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra. Sedangkan pada kehidupan masyarakat Madura sendiri, nampaknya lebih berkembang sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulis Graaf (2001) menulis bahwa orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja pribumi pada zaman pra-islam.
Tulisan-tulisan yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah pemerintahan Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda sehingga banyak menggunakan Bahasa Belanda dan kemudian mulai diterjemahkan atau ditulis kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal Fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan pada daun lontar atau Layang Madura, namun demikian tulisan pada layang inipun lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi (Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas.
Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, terlebih lagi ketika Ronggosukowati mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja Pertama di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat dengan pembuatan jalan Se Jimat, yaitu jalan-jalan di Alun-alun kota Pamekasan dan mendirikan Masjid Jamik Pamekasan. Namun, sampai saat ini masih belum bisa diketemukan adanya inskripsi ataupun prasasti pada beberapa situs peninggalannya untuk menentukan kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia memerintah Pamekasan.
Makam Pangeran Ronggosukowati

Bahkan zaman pemerintahan Ronggosukowati mulai dikenal sejak berkembangnya legenda kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggosukowati yang diceritakan mampu membunuh Pangeran Lemah Duwur dari Aresbaya melalui peristiwa mimpi. Padahal temuan ini sangat penting karena dianggap memiliki nilai sejarah untuk menentukan Hari Jadi Kota Pamekasan.
Terungkapnya sejarah pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik terang setelah berhasilnya invansi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal dibawah pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh Sarjana barat yang lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH. Pigeaud tentang kerajaan Islam pertama di Jawa dan Benda tentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit, termasuk juga beberapa karya penelitian lainnya yang menceritakan sejarah Madura. Masa-masa berikutnya yaitu masa-masa yang lebih cerah sebab telah banyak tulisan berupa hasil penelitian yang didasarkan pada tulisan-tulisan sejarah Madura termasuk Pamekasan dari segi pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan agama, mulai dari masuknya pengaruh Mataram khususnya dalam pemerintahan Madura Barat (Bangkalan dan Pamekasan), masa campur tangan pemerintahan Belanda yang sempat menimbulkan pro dan kontra bagi para Penguasa Madura, dan menimbulkan peperangan Pangeran Trunojoyo dan Ke’ Lesap, dan terakhir pada saat terjadinya pemerintahan kolonial Belanda di Madura.
Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda inilah, nampaknya Pamekasan untuk perkembangan politik nasional tidak menguntungkan, tetapi disisi lain, para penguasa Pamekasan seperti diibaratkan pada pepatah Buppa’, Babu’, Guru, Rato telah banyak dimanfaatkan oleh pemerintahan Kolonial untuk kerentanan politiknya. Hal ini terbukti dengan banyaknya penguasa Madura yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk memadamkan beberapa pemberontakan di Nusantara yang dianggap merugikan pemerintahan kolonial dan penggunaan tenaga kerja Madura untuk kepentingan perkembangan ekonomi Kolonial pada beberapa perusahaan Barat yang ada didaerah Jawa, khususnya Jawa Timur bagian timur (Karisidenan Basuki).
Tenaga kerja Madura dimanfaatkan sebagai tenaga buruh pada beberapa perkebunan Belanda. Orang-orang Pamekasan sendiri pada akhirnya banyak hijrah dan menetap di daerah Bondowoso. Walaupun sisi lain, seperti yang ditulis oleh peneliti Belanda masa Hindia Belanda telah menyebabkan terbukanya Madura dengan dunia luar yang menyebabkan orang-orang kecil mengetahui system komersialisasi dan industrialisasi yang sangat bermanfaat untuk gerakan-gerakan politik masa berikutnya dan muncul kesadaran kebangsaan, masa Hindia Belanda telah menorehkan sejarah tentang pedihnya luka akibat penjajahan yang dilakukan oleh bangsa asing. Memberlakukan dan perlindungan terhadap system apanage telah membuat orang-orang kecil di pedesaan tidak bisa menikmati hak-haknya secara bebas.
Begitu juga ketika politik etis diberlakukan, rakyat Madura telah diperkenalkan akan pentingnya pendidikan dan industri, tetapi disisi lain, keuntungan politik etis yang dinikmati oleh rakyat Madura termasuk Pamekasan harus ditebus dengan hancurnya ekologi Madura secara berkepanjangan, atau sedikitnya sampai masa pemulihan keadaan yang dipelopori oleh Residen R. Soenarto Hadiwidjojo. Bahwa pencabutan hak apanage yang diberikan kepada para bangsawan dan raja-raja Madura telah mengarah kepada kehancuran prestise pemegangnya yang selama beberapa abad disandangnya.
Perkembangan Pamekasan, walaupun tidak terlalu banyak bukti tertulis berupa manuskrip ataupun inskripsi nampaknya memiliki peran yang cukup penting pada pertumbuhan kesadaran kebangsaan yang mulai berkembang di negara kita pada zaman Kebangkitan dan Pergerakan Nasional. Banyak tokoh-tokoh Pamekasan yang kemudian bergabung dengan partai-partai politik nasional yang mulai bangkit seperti Sarikat Islam dan Nahdatul Ulama diakui sebagai tokoh nasional. Kita mengenal Tabrani, sebagai pencetus Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang mulai dihembuskan pada saat terjadinya Kongres Pemuda pertama pada tahun 1926, namun terjadi perselisihan faham dengan tokoh nasional lainnya di kongres tersebut. Pada Kongres Pemuda kedua tahun 1928 antara Tabrani dengan tokoh lainnya seperti Mohammad Yamin sudah tidak lagi bersilang pendapat.
Pergaulan tokoh-tokoh Pamekasan pada tingkat nasional baik secara perorangan ataupun melalui partai-partai politik yang bermunculan pada saat itu, ditambah dengan kejadian-kejadian historis sekitar persiapan kemerdekaan yang kemudian disusul dengan tragedi-tragedi pada zaman pendudukan Jepang ternyata mampu mendorong semakin kuatnya kesadaran para tokoh Pamekasan akan pentingnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang kemudian bahwa sebagian besar rakyat Madura termasuk Pamekasan tidak bisa menerima terbentuknya negara Madura sebagai salah satu upaya Pemerintahan Kolonial Belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Melihat dari sedikitnya, bahkan hampir tidak ada sama sekali prasasti maupun inskripsi sebagai sumber penulisan ini, maka data-data ataupun fakta yang digunakan untuk menganalisis peristiwa yang terjadi tetap diupayakan menggunakan data-data sekunder berupa buku-buku sejarah ataupun Layang Madura yang diperkirakan memiliki kaitan peristiwa dengan kejadian sejarah yang ada. Selain itu diupayakan menggunakan data primer dari beberapa informan kunci yaitu para sesepuh Pamekasan. gimana? keren kan madura? madura itu IN EVERYWHERE. di arab ada, malaysia ada, amerika ada.. pokonya madura tu terkenal sama kemandiriannya.terbaeeekk....

2. Seni Budaya

Siapa sih yang gatau sama kesenian di madura khususnya pamekasan??jika kalian gatau, malu tuh sama kucing.meong..meong *eh kok malah jadi nyanyi sih
kalian pasti tau sama kesenian yang ada di pamekasan. salah satu contohnya yaitu... ayoo apa hayoo.. yaaituuu KERAPAN SAPI....!!!! HUAHAHA... *capek ah
yasudah biar gak penasaran, liat info dibawah ini. dibawah inin bakalan jelasin seni budaya yang ada di pamekasan secara garis besarnya ya guys..

A. Tari Topeng Ghettak

Saya yakin kalian khususnya orang Non-Madura bakalan fokus sama kata "Ghetak" ya gak??ya gak?? yaiyalah. Itulah ciri khas orang madura.. dan saya yakin kalian Non-Madura akan kesulitan jika ngucapin kata itu dan pasti pronouncation nya ga bener.. ini nih penjelasannya ada dibawah
Pada mulanya tari topeng Gethak tidak dapat dipisahkan dari pertunjukan Ludruk Sandur atau kesenian Sandur.Kesenian Sandhur merupakan jenis kesenian rakyat yang sangat digemari di Pamekasan Madura, khususnya dikalangan masyarakat pedesaan.  Semua pelosok daerah di Pamekasan mengenal kesenian Sandhur ini menjadikan salah satu jenis hiburan yang memasyarakat dan spesifik,  hal ini dapat dibuktikan dari keberadaan pertunjukan seni Sandhur pada setiap ada pesta perkawinan, khitanan ataupun hajatan lainnya.
kesenian Sandhur menjadi tanggapan sebagai bentuk bukan sekedar hiburan, juga dalam usaha masyarakat melestarikan tradisi yang diminati masyarakat setempat.Dalam pertunjukan Kesenian Sandhur, terdiri dari 4 macam sajian kesenian yang  membentuk satu reportoar penyajian  yaitu Pajuan (andhongan), Tarian Rondhing, Tari Topeng Klonoan/Getak, dan  seni portunjukan Ludruk Sandhur, yang menjadi sajian utama dari kesenian sajian pertnjukan. Sandhur digelar dalam bentu cerita semalam suntuk. Sedang Tari Topeng Getak merupakan salah satu tarian pembuka dalam suatu sajian Kesenian Sandhur.
Tari Topeng Getak awalnya bernama Tari Klonoan. Tarian ini menggambarkan tokoh Prabu Bolodewo dalam lakon Topeng Dhalang Madura yang ditiru oleh masyarakat awam. Topeng Dhalang Madura  sendiri yang berkembang di Kabupaten Sumenep pada awalnya digelar dikalangan kerator, namun pada proses berikutnya Topeng Dalang banyak ditonton oleh masyarakat secara terbuka. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah kelompok atau perkumpulan Topeng Dalang menyebar disejumlah wilayah seperti Kecamatan Kalianget, Bantang-bantang, Dasuk, Ambunten dan lainnya.

Dalam penokohan Prabu Bolodewo, misalnya,  dalam Topeng Dhalang bagi masyarakat merupakan tokoh yang amat sangat dibanggakan. Rasa bangga tersebut diungkapkan melalui ekspresi gerak yang tersusun menjadi tarian. Kata klonoan berasal dari kata kelana atau berkelana, yang bermakna Bolodewo berkelana. Tari Klonoan ini juga sebagai isyarat pembuka sajian Kesenian Sandhur.
Dalam perjalanannya, Tari Klonoan ini berubah nama menjadi Tari Topeng Getak. Perubahan nama ini terjadi sejak Tahun 1980, ketika  Parso Adiyanto masih menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya jurusan Seni Tari. Pada saat tugas akhir, ia melakukan penelitian kesenian tradisi yang hidup di wilayahnya,.
Dari hasil penelitian diperoleh petunjuk bahwa Tari Klonoan tersebut  gerak-geraknya dan peralihan tiap gerak selalu tergantung pada bunyi kendang yang berbunyi “Ge” dan “Tak”. Bunyi kendang itulah yang mengilhami penciptaan nama Topeng Getak saat itu. Sampai sekarang nama Klonoan tidak lagi digunakan dan berubah menjadi Topeng Getak.
Tari Topeng Getak dalam perjalanannya dari masa ke masa tetap menyatu beriringan  dalam satu sajian Kesenian Sandhur, bahkan seolah-olah tidak lekang karena kepanasan dan tidak lapuk karena kehujanan. Tari Topeng Getak selalu digemari oleh masyarakat di Kabupaten Pamekasan dan bahkan berkembang ke daerah Sampang, Bangkalan dan Sumenep.
Pemerintah Daerah Kabupaten Pamekasan telah menetapkan Tari Topeng Getak sebagai Tari Khas Unggulan Kabupaten Pamekasan. Upaya pelestarian melalui jalur pendidikan formal (sekolah)  memang efektif dari sisi penari Topeng Getak, tapi dari sisi musik pengiring masih mengalami krisis seniman. Sekarang satu demi satu seniman musik pengiring Topeng Getak meninggal dunia. Upaya pengkaderan seniman alat musik tertentu masih bisa dijalankan, namun alat musik yang sangat dominan yaitu Sronen (terompet tradisional) sulit mengkondisikan regenerasinya, untuk itu diperlukan pencarian metoda transformasi permainan alat tiup sronen.
Tarian Topeng Gethak mengandung nilai fisolofis perjuangan warga Pamekasan saat berupaya memperjuangkan kemerdekaan bangsa, Gerakan Tarian Topeng Gethak ini mengandung makna mengumpulkan masa dimainkan oleh satu hingga tiga orang penari. Asal muasal sebelumnya nama tarian ini bernama Tari Klonoan kata klonoan ini berasal dari kata kelana atau berkelana, bermakna Bolodewo berkelana, dan pada akhirnya Tari Klonoan ini Berubah nama menjadi Tari Topeng Gethak.

B. Tari Rondhing
Tari Rondhing adalah suatu bentuk drama tari komedi tradisional, yang menggambarkan tentang kegiatan baris-berbaris pada jaman penjajahan.
Karenanya, seni tari asli Pamekasan, Madura, Jawa Timur ini, disebut juga tari baris. Ada pula yang menyebutnya tari kenca’ atau hentak, karena gerak tariannya dominan berupa gerak kaki yang dihentak-hentakkan ke lantai.Tarian Rondhing dipentaskan oleh enam orang penari. Biasanya, tarian ini ditampilkan pada saat acara penyambutan tamu penting.
Tarian yang dulunya diperankan oleh penari pria ini, sering juga ditampilkan dalam pembukaan acara pelantikan kepenguruan organisasi social dan organisasi masyarakat.
Seperti yang ditampilkan saat acara pelantikan pengurus Gabungan Petani Garam Rakyat (Gaspegar) Pamekasan ini. Dengan iringan musik tradisional Ul-daul milik Sanggar seni Mella’ Ate, yang artinya Hati Yang Terbuka, penari Rondhing memeriahkan ruang utama Pendopo Ronggosukowati Pamekasan.
Suara alat musik Ul-daul yang didominasi suara seruling khas Madura yang disebut Saronen ini, tampak menggema ke seluruh sudut pendopo.
Enam penari yang seluruhnya gadis remaja ini, tampak lincah dan tegap. Kaki-kaki mereka terus menghentak-hentak lantai marmer pendopo.
Tari Rondhing dimainkan oleh anak-anak
Karena dulunya diperankan oleh kaum pria, ke-6 penari Rondhing ini berpenampilan layaknya lelaki sejati. Mereka mengenakan penutup kepala yang oleh orang Madura dinamakan Odheng. Mereka tak mengenakan kain panjang, melainkan celana khas Madura yang disebut Pesak warna hitam legam.
Baju lengan panjang yang dililit selempang, dibalut rompi tampak gagah. Kedua kakinya mengenakan kaos kaki putih. Dan, kaki kanan penari berhias geleng sokoh atau gelang kaki khas Madura. Saat penari menghentakkan kakinya, suara gemerincing terpancar dari geleng sokoh ini.
Penari Rondhing makin bersemangat, saat peniup seruling Saronen meliuk-liuk ditimpa suara kenong dan gendang.

C. Sapeh Sonok


Simbol dari sebuah nilai keindahan dan keselarasan masyarakat madura

Masyarakat luas mengenal Madura hanya dari Karapan Sapi yang menonjolkan kegagahan dan keberanian. Berbicara tentang sapi, ada pula tradisi seni pertunjukan yang ditampilkan dalam konteks yang jauh dari unsur kebringasan dan kecepatan berlari. Tradisi ini dikenal dengan nama Sapi Sonok. Ya, Sapi Sonok memiliki tampilan yang jauh berbeda dengan Sapi Kerap. Karena dalam pertandingan ini yang dinilai adalah kecantikan, kemolekan dan keanggunan. Sapi Sonok telah menjadi salah satu bentuk penggambaran lain tentang karakter Masyarakat Madura.

Dalam kontes Sapi Sonok, sapi harus berpenampilan terawat dan bersih. Sosok sapi-sapi betina yang dirias dan  dilatih mesti mampu menyelaraskan gerak langkahnya dengan alunan musik tradisional Saronin.

Dalam setiap penampilan, sang pemilik sapi terkadang  turut menari ketika membawa sapi-sapi ini tampil di depan  kahalayak umum. Kemudian  beberapa penari wanita turut serta dalam mengiringi setiap gerak langkah sepasang sapi yang telah dirias dengan cantik. Setiap mendengar musik saronin,tanpa diperintahpun si sapi akan melenggak-lenggok menyesuaikan dengan alunan irama.

Tradisi ini menjadi salah satu pilihan hiburan bagi wisatawan yang mungkin kurang menyukai tampilan tentang kegagahan, kekuatan dan kecepatan lari pada sapi kerap.

D. Karapan Sapi



Karapan Sapi adalah acara khas masyarakat Madura yang di gelar setiap tahun pada bulan Agustus atau September, dan akan di lombakan lagi pada final di akhir bulan September atau October. Pada Karapan Sapi ini, terdapat seorang joki dan 2 ekor sapi yang di paksa untuk berlari sekencang mungkin sampai garis finis. Joki tersebut berdiri menarik semacam kereta kayu dan mengendalikan gerak lari sapi. Panjang lintasan pacu kurang lebih 100 meter dan berlangsung dalam kurun waktu 10 detik sampai 1 menit.

Selain di perlombakan, karapan sapi juga merupakan ajang pesta rakyat dan tradisi yang prestis dan bisa mengangkat status sosial seseorang. Bagi mereka yang ingin mengikuti perlombaan karapan sapi, harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk melatih dan merawat sapi-sapi yang akan bertanding sebelumnya. Untuk membentuk tubuh sepasang sapi yang akan ikut karapan agar sehat dan kuat, dibutuhkan biaya hingga Rp4 juta per pasang sapi untuk makanan maupun pemeliharaan lainnya. Sapi karapan diberikan aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari, terlebih-lebih menjelang diadu di arena karapan.

Bagi masyarakat Madura, Kerapan dilaksanakan setelah sukses menuai hasil panen padi atau tembakau. Untuk saat ini, selain sebagai ajang yang membanggakan, kerapan sapi juga memiliki peran di berbagai bidang. Misal di bidang ekonomi, yaitu sebagai kesempatan bagi masyarakat untuk berjualan, peran magis religious; misal adanya perhitungan-perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding dan adanya mantra-mantra tertentu. Terdapat seorang 'dukun' yang akan 'mengusahakan'nya. Pada setiap tim pasti memiliki seorang 'dukun' sebagai tim ahli untuk memenangkan perlombaan.

Prosesi awal dari karapan sapi ini adalah dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi arena pacuan dengan diiringi gamelan Madura, yaitu Saronen. Babak pertama adalah penentuan kelompok menang dan kelompok kalah. Babak kedua adalah penentuan juara kelompok kalah, sedang babak ketiga adalah penentuan juara kelompok menang. Piala Bergilir Presiden hanya diberikan pada juara kelompok menang
anak kecil juga menyukai karapan sapi












3. Tempat Wisata

Sudah tidak bisa diragukan lagi guys kalo ternyata di madura khususnya pamekasan tuh bagus-bagus ato sugab-sugab..wkwkwkwk.. tempat wisata yang akan dijelaskan diblog ini berdasarkan sejarah, seni, dan budaya. biar ga tambah penasaran langsung cuss liat penjelasan berikut ya guys...

A. Api Tak Kunjung Padam
suasana malam di Api Abadi (Api Tak Kunjung Padam)
sumber http://jalan2.com/objek-wisata/detail/api-tak-kunjung-padam
Api Tak Kunjung Padam-Madura adalah salah satu wilayah yang memiliki potensi wisata yang sangat besar, tidak hanya memiliki keindahan alam, Madura juga memiliki berbagai macam keunikan yang sangat menarik.
Apakah anda pernah mendengar tentang Api Tak kunjung Padam, yang pernah dipakai sebagai obor dalam api olimpiade? nah ternyata api tersebut berasal dari Madura lho, sungguh keajaiban alam yang sangat hebat.
> Lokasi dan Transportasi
Api Tak Kunjung Padam ini berada di Desa Larang, salah satu desa yang ada di Tokol, Pemekasan, Madura, Jawa Timur, Indonesia. Lokasi dari Api Tak Kunjung Padam inipun juga tidak terlalu jauh dari pusat kota Pamekasan, mungkin hanya sekitar 4-5 kilometer saja.
Jalanannya juga bagus karena sudah teraspal, hanya saja begitu anda memasuki kawasan Desa Larangan, dan mulai menuju ke lokasi Api Tak Kunjung Padam ini, jalannya mulai sedikit memburuk karena belum teraspal, alias masih jalan tanah, dan jalannya juga sedikit tidak rata, jadi bagi anda yang tidak begitu mahir membawa kendaraan, lebih baik pelan-pelan saja.

Untuk itu lebih baik anda menggunakan sendiri atau menyewa kendaraan saja, karena agak susah untuk mencari angkutan umum yang mau mengantar anda sampai ke lokasi wisata Api Tak Kunjung Padam ini langsung. Harga tiket masuknya juga masih tergolong murah, untuk kendaraan bermotor hanya perlu membayar sebesar Rp 2.000*) sedangkan untuk kendaraan bermobil sekitar Rp 5.000*) saja.
Jika anda adalah pendatang yang berasal dari luar Pulau Madura, maka anda bisa menyebrang dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menggunakan kapal feri dengan tujuan Pelabuhan Kamal, Bangkalan Madura. Tarif untuk naik kapal feri ini juga masih relatif murah, untuk tiket penumpangnya akan dikenakan biaya sekitar Rp 5.000*) per orangnya.
Untuk kendaraan motor akan dikenakan tarif sekitar Rp 6.000*), dan kendaraan mobil pribadi akan dikenakan tarif sebesar Rp 35.000*), lain halnya jika anda datang bersama rombongan dengan menggunakan bus, maka tarifnya akan dikenakan sekitar Rp 50.000*) untuk tiap bus.
Setelah itu, anda bisa melanjutkan perjalanan ke kota Pamekasan dengan menggunakan bus, perjalanan akan cukup jauh karena menghabiskan waktu kurang lebih sekitar 2 jam perjalanan, jadi kalau bisa carilah bus yang nyaman untuk anda.
> Wisata

Api Tak Kunjung Padam, atau yang dikenal juga dengan nama Api Abadi ini adalah salah satu objek wisata alam yang sangat terkenal di Madura, bahkan sampai menjadi ikon dari kota Pamekasan. Kalau dipikir-pikir, api kalau diguyur hujan otomatis akan langsung padam, namun hal ini tidak berlaku bagi Api Abadi ini.
Meskipun hujan turun sederas apapun, api ini tetap tidak akan mati, bahkan titik-titik api tersebut masih menyala di bawah guyuran air hujan, wajar jika api ini di beri nama Api Tak Kunjung Padam.


Api Tak Kunjung Padam ini terdiri dari beberapa titik api, dan semuanya muncul langsung dari dalam tanah. Titik-titik Api Tak Kunjung Padam ini dikelilingi oleh pagar yang tidak terlalu tinggi, mungkin hanya sebatas pinggang orang dewasa, pagar inipun di pasang agar anak-anak tidak sembarangan bermain di lokasi yang dekat dengan titik api ini.
Konon katanya, Api Tak Kunjung Padam atau Api Abadi ini muncul setelah Ki Moko menancapkan pedangnya ketanah pada saat pernikahannya dengan seorang Putri Palembang dikarenakan suasana di sekitar sana gelap, Ki Moko sendiri adalah seorang pemuda yang menyebarkan agama islam didesa tersebut, beliau mendapatkan gelar “Ki Moko” itu sendiri karena masyarakat mengakui kepandaiannya.
Namun, menurut penelitian, ternyata api tersebut berasal dari gesekan antara belerang dengan oksigen, wilayah desa larangan di Pamekasan ini merupakan salah satu tempat yang memiliki paling banyak belerang, bahkan tidak jauh dari lokasi wisata Api Tak Kunjung Padam ini ada sebuah sumber air belerang, yang katanya mampu mengobati segala jenis penyakit kulit, meskipun kenyataannya sekarang sumber air belerang tersebut sudah tidak berfungsi karena masalah teknis.
Di sekitar sini juga terdapat area kemah atau camping ground dan sarana Outbond lho, rombongan anak-anak sekolah sering kali berdarma wisata bersama para guru di lokasi objek wisata Api Tak Kunjung Padam ini, seru memang bisa menghabiskan malam dengan bercanda gurau bersama teman-teman sembari membakar jagung, ayam, ataupun ikan di atas Api Tak Kunjung Padam ini, apalagi mereka tidak perlu repot untuk membuat api unggun lagi.
B. Pantai Talang Siring


Pantai Talang Siring-Pulau Madura memang terkenal pula dengan wisata pantai nya. Terdapat pantai yang terbilang masih sangat alami disini karena masih belum banyak campur tangan manusia, seperti Pantai Talang Siring ini misalnya. Pantai yang sangat eksotis dan tak pernah sepi dari pengunjung.
Lokasi Dan Transportasi Secara administratif pantai Talang Siring masuk ke dalam wilayah desa Montok, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan. Jika anda berada di Kota Pamekasan maka hanya berjarak kurang lebih sekitar 14 Km lagi ke arah timur atau memakan waktu sekitar 15 menit dengan menggunakan mobil.

Tidaklah sulit untuk mencari transportasi yang menuju kesini karena lokasinya yang berada di dekat jalan lintas trans Pamekasan-Sumenep. Anda bisa menggunakan angkutan umum seperi bus yang melayani rute antar lintas Kabupaten ini dari terminal. Ongkosnya pun cukup murah, anda hanya perlu membayar Rp 3.000*) per orang untuk sekali naik.
Jika anda masih belum paham lokasinya atau takut terlewat maka anda bisa memberitahu kepada sopirnya untuk berhenti di area Pantai Talang Siring ini nantinya. Alternatif lainnya anda dapat pula menyewa kendaraan mobil. Tarif yang biasa dipasang berkisar antara Rp 300.000*) - Rp 400.000*) per harinya, tergantung jenis mobil yang akan anda sewa dan harga tersebut biasanya sudah termasuk sopir, mobil dan bensin.
Dengan menyewa mobil anda bisa lebih bersantai karena rata-rata sopir disini sudah paham dengan jalur yang akan di lalui. Anda cukup memberitahu sopir kemana hendak tujuan maka sopir yang akan mengantar anda tanpa harus takut terlewat.
Setibanya di Pantai ini nanti anda dapat langsung masuk ke area pantai tanpa harus membayar uang restribusi lagi karena memang tidak ada orang khusus yang bertugas untuk menagih.
Wisata Pantai Talang Siring merupakan pantai yang masih belum banyak terjamah oleh tangan manusia. Keindahan laut yang disuguhkan pantai ini pun tak kalah indahnya dengan pantai-pantai lainnya.
Ombaknya yang menghempas batuan karang di sekitar pantai dijamin akan membuat anda terpukau, apalagi ditambah dengan adanya burung-burung yang terbang kesana kemari, semakin menambah betah bagi mereka yang memandangnya.

Tidak hanya itu, dari sisi sebelah Selatan anda dapat pula menikmati pemandangan hutan mangrove yang menghijau. Sedangkan jika anda melihat ke sisi Utara akan terlihat pula para nelayan yang sibuk dengan aktivitasnya, seperti sedang memperbaiki jaring ataupun perahu tradisionalnya. Anda bisa menuju kesana untuk melihat mereka ataupun sekedar berfoto mengabadikan pemandangan ini. Pantai ini sangat cocok bagi anda yang ingin bersantai menghilangkan kepenatan, baik sendirian ataupun bersama keluarga. Tak jarang pula pantai ini menjadi tempat berkumpul untuk acara gathering bersama rekan kerja ataupun sekolah.
Banyak hal yang bisa anda lakukan disini, seperti pada pagi atau sore hari saat air surut misalnya, anda dapat berburu binatang kepiting atau rajungan yang banyak tersebar di bibir pantai.
Selain itu pula anda dapat mengumpulkan kulit kerang yang banyak tersebar disini. Jika anda ingin berenang, anda dapat menceburkan diri ke dalam air laut, namun harap berhati-hati karena banyak batuan karangnya. Anda tidak perlu khawatir jika merasa lapar saat berada di tempat ini karena di sekitar bibir pantai tersedia warung-warung yang menjual berbagai macam makanan dan minuman yang bisa anda beli dengan harga cukup terjangkau.
Disini pula tersedia sarana MCK yang bisa anda gunakan. Hanya saja disini belum tersedia tempat penginapan umum, untuk itu jika anda berencana untuk menginap maka anda bisa menumpang di rumah-rumah penduduk ataupun dengan mendirikan tenda.

C. Vihara Avalokitesara



Berkunjung ke Cagar Budaya Vihara Avalokitesvara yang Tertua di Banten
Inilah vihara tertua di Provinsi Banten, konon vihara ini sudah dibangun sejak abad 16. Pembangunan vihara ini juga tidak bisa dilepaskan dari Sunan Gunung Jati, salah satu dari sembilan wali penyebar agama Islam di Indonesia. Inilah Vihara Avalokitesvara yang terletak 15 km arah utara dari Kota Serang, Banten.

Sejarah pembangunan vihara yang terletak di Kecamatan Kasemen, wilayah Banten Lama ini berkaitan dengan Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Tokoh penyebar islam di tanah Jawa ini memiliki istri yang masih keturunan kaisar Tiongkok bernama Putri Ong Tien. Melihat banyak pengikut putri yang masih memegang teguh keyakinannya, Sunan Gunung Jati membangun vihara pada tahun 1542 di wilayah Banten, tepatnya di Desa Dermayon dekat dengan Masjid Agung Banten. Namun, pada tahun 1774 vihara dipindahkan ke Kawasan Pamarican hingga sekarang.

Versi lain menyebutkan, vihara ini dibangun pada tahun 1652. Yaitu pada masa emas kerajaan Banten saat dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa.

Gerbang dengan atap berhiaskan dua naga memperebutkan mustika sang penerang (matahari) menyambut pengunjung di pintu masuk sebelum pengunjung masuk lebih ke dalam vihara yang memiliki nama lain kelentang Tri Darma ini.


Sebutan Klenteng Tri Darma diberikan karena vihara ini melayani tiga kepercayaan umat sekaligus. Yaitu Kong Hu Cu, Taoisme, dan Buddha. Walaupun diperuntukan bagi 3 umat kepercayaan namun bagi wisatawan yang beragama lain sangat diperbolehkan untuk berkunjung dan melihat bangunan yang saat ini termasuk dalam cagar budaya di Provinsi Banten ini.

Vihara Avalokitesvara memiliki luas mencapai 10 hektar dengan altar Dewi kwan Im sebagai Altar utamanya. Di altar ini terdapat patung Dewi Kwan Im yang berusia hampir sama dengan bangunan vihara tersebut. Selain itu di sisi samping kanan dan kiri terdapat patung dewa-dewa yang berjumlah 16 dan tiang batu yang berukir naga.

Kelenteng yang pernah terbakar pada tahun 2009 ini juga memiliki ukiran yang menceritakan bagaimana kejayaan Banten Lama saat masih menjadi kota pelabuhan yang ramai. Terletak di samping vihara, ukiran ini juga menceritakan bagaimana vihara ini digunakan sebagai tempat berlindung saat terjadi tsunami beserta letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.

Walaupun pernah mengalami musibah, bentuk dan isi yang ada di dalam vihara masih dijaga keasliannya oleh pihak pengelola. Bahkan bangunan vihara ini masih terlihat kokoh layaknya bangunan baru dengan warna merahnya yang khas.




Makanan Khas Pamekasan

5 Makanan Khas Pamekasan Yang Terkenal - Selamat pagi siang malam sahabat pecinta makanankhas di manapun anda berada, setelah sekian banyak makanan khas yang kita bahas dan saat ini tiba untuk membahas makanan khas pamekasan, anda sudah pernah berkunjung ke kabu paten pamekasan apa belum? Kabupaten Pamekasan sendiri merupakan sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya sendiri adalah Pamekasan.

Kabupaten pamekasan ini menyimpan banyak sekali makanan khas yang harus di cicipi pada waktu anda berkunjung ke pamekasan, dengan ragam olahan seperti sajian lezat seperti sate lalat, soto lorjuk dll, merupakan masakan yang di olah dengan cirikhas daerah pamekasan. pengen tau lebih detail mengenai makana khas pamekasan ini? simak 5 makanan khas pamekasa yang terkenal di bawah ini.

1. Sate Lalat Khas Pamekasan


5 Makanan Khas Pamekasan Yang Terkenal
Jika mendenger lalat pasti anda berfikir bahwa makanan ini terbuat dari lalat, namu sebenarnya Sate Lalat ini bukan lalat yang disate, Namun sate lalat ini adalah sate yang seperti pada umumnya, yaitu sate daging biasa (ayam, kambing, sapi) yang di tusuk kecil2 pake lidi, sate ini yang menjadi unuknya yaitu potongan dagingnya kecil-kecil menyerupai lalat, Dalam penyajian sate ini biasanya di sajika dengan irisan lontong.

2. Soto Lorjuk Khas Pamekasan


5 Makanan Khas Pamekasan Yang Terkenal
Soto lorjuk khas pamekasan ini merupakan soto yang penyajiannya dicampur lorjuk namun sebenarnya soto ini tidak jauh beda dengan soto pada biasanya yaitu penyajian degan lontong, mihun, kecambah goreng dan rebus, remasan rempeyek dan ditaburi bawang goreng. akan tetapi yang menjadikan khanya soto ini di campur lorjuk dengan yang lain adalah buburan kerang lorjuk yang kemudian disiram dengan kuah gurih dan petis yang juga terbuat dari kerang lorjuk.

3. Kerupuk Raksasa Khas Pamekasan


5 Makanan Khas Pamekasan Yang Terkenal
Kerupuk raksasa khas Pamekasan ini mempunyai ukuran sangat besar, Ukuran kerupuk raksasa ini paling kecil adalah 60 x 40 cm. Itu pun jika belum digoreng. Namun setelah digoreng ukuran kerupuk raksasa khas pamekasan ini bisa sebesar meja makan. 

4. Keripik Tette dan Petis Ikan Khas Pamekasan


5 Makanan Khas Pamekasan Yang Terkenal
Keripik tette khas pamekasan ini keripik yang terbuat dari bahan dasar singkong. awalnya singkong yang udah di kukus ditumbuk dan ditipiskan, sedangkan petisnya dari ikan tuna atau ikan cakalan. nah kalau keduanya di jadikan satu bakal merasakan kelezatan yang luarbiasa.

5. Rujak Tajin Khas Pamekasan


5 Makanan Khas Pamekasan Yang Terkenal
Rujak tajin khas pamekasan ini adalah, Bubur beras yang dimasak dengan santan sampai lunak yang kemudian ditambahkan irisan bawang daun (bukan bawang prei) dan sedikit garam, Untuk bumbu rujaknya sendiri dari Petis Ikan yang diulek dengan cabe rawit, yang di tambahkan sedikit garam dan gula, sebagai tambahan aga rujak tajin ini semakin mak nyos bisa ditambahkan tomat, cacahan timun dan tauge matang. yang terahir guyur dengan Bumbu rujaknya.

Bagi anda yang berkunjung ke daerah Pamekasan jangan lewatkan makanan khas pamekasan yang dapat menggoyang lidah anda, selain pamekasan ada juga makanan khas bangkalan yang terkenal, dan masih banyak lagi mengenai Makanan Indonesia.


sumber klik disini

Ciri Khas Pamekasan

Pamekasan sekarang ditetapkan sebagai kota Batik. so, jika kalian ingin mencari batik, pamekasan adalah surganya batik. berbagai macam batik ada di pamekasan. mari kita ulas secara detail berikut ini.

Batik tulis Pamekasan di Madura merupakan batik dengan motif yang unik dan melegenda. Desa Klampar di Kecamatan Propo, telah menjadi sentral perkampungan batik sejak dulu. Mari intip pembuatan batik tulis di sana.
variant lerang terang bulan pamekasan hokokai
Keunikan batik Pamekasan Madura terletak pada warnanya, yang sebagian besar berwarna merah terang dalam motif bunga atau daun. Warna klasik ini telah menjadi tren warna batik tulis Klampar Madura yang sangat melegenda.
Sebuah desa di pinggir Kota Pamekasan, yaitu Desa Klampar, memiliki kegiatan kehidupan membatik bagi sebagian besar para wanita selain bertani. Membatik adalah sebuah kegiatan produktif yang mewarnai dusun ini.
Kegiatan membatik merupakan pemandangan yang menjadi daya tarik desa ini. Tidak heran jika Pemerintah Daerah Kabupaten Pamekasan menetapkan Desa Klampar sebagai Kampung Wisata Batik di Madura.
Rekor Muri yang diberikan oleh bupati pamekasan
Pamekasan juga masuk dalam rekor MURI karena berhasil membuat kain batik tulis hingga mencapai 1.530 meter. Pemecahan rekor ini dilakukan pengrajin batik secara beramai-ramai dalam satu kali pembuatan pada tahun 2009. Kain tersebut dapat dilihat di Museum Umum Daerah yang dikelola Dinas Pemuda Olahraga dan Kebudayaan Kabupaten Pamekasan.
Jika berkunjung ke Madura, sempatkan ke Pamekasan sekitar 2 jam dari Jembatan Suramadu untuk berburu Batik Pamekasan yang unik. Sempatkan pula mengintip proses pembuatan batik tulis di Desa Klampar yang menjadi pusat batik Pamekasan Madura saat ini.
sumber klik disini

Itulah sebagian dari banyaknya keanekaragaman yang ada di kota pamekasan.bagus bukan? bagaimana dengan kotamu? 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar